Warning: Attempt to read property "post_excerpt" on null in /home/u327383418/domains/patroli.co/public_html/wp-content/themes/newsup/single.php on line 88

PATROLI.CO, SYDNEY – Paviliun Indonesia berhasil mencetak transaksi potensial sebesar USD 3,36 juta melalui promosi industri jasa usaha rintisan (start-up) di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di pameran Centrum fur Buroautomation, Informationstechnologie und
Telekomunikation (CeBIT) Australia 2019. Nilai ini meningkat hampir 250 persen dibandingkan capaian tahun 2018 sebesar USD 1,38 juta.

Pameran CeBIT Australia 2019 ke-18 berlangsung pada 29-31 Oktober 2019 di International Convention Centre Sydney, Australia. CeBIT Australia merupakan pameran berskala internasional
yang dikhususkan bagi produk perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), infrastruktur dan jasa di bidang teknologi, informasi, serta komunikasi.

Pameran CeBIT di Sydney adalah rangkaian dari pameran CeBIT global yang juga diadakan di Jerman, Tiongkok, Turki, Amerika Serikat, serta India.

“Peningkatan transaksi potensial pada pameran CeBIT Australia 2019 sebesar 250 persen dibandingkan tahun lalu menunjukkan besarnya potensi industri jasa usaha rintisan di sektor TIK di
Australia sangat besar dan menjanjikan. Partisipasi di pameran ini merupakan salah satu upaya ekspansi pasar ke Australia terhadap produk-produk Indonesia, bukan hanya barang tetapi juga jasa,” jelas Kepala Indonesian Trade Promotion Centre Ayu Siti Maryam.

Australia merupakan salah satu negara yang memiliki sektor TIK yang maju dengan pasar TIK-nya berada di peringkat ke-11 terbesar di dunia. Produksi barang dan jasa TIK menghasilkan pendapatan
lebih dari USD 50 miliar. Selain itu, penghasilan industri TIK mencapai lebih dari USD 100 miliar dan menyumbang sekitar 4,6 persen dari total produk domestik bruto Australia.

Pada pameran ini, Paviliun Indonesia dibuka secara resmi oleh Konsul Jenderal RI untuk Sydney, Heru
H. Subolo.

“Keikutsertaan Indonesia pada pameran Cebit Australia 2019 ini diharapkan dapat
membuka mata publik Australia bahwa industri jasa usaha rintisan Indonesia sudah jauh berkembang pesat, dan mampu berkompetisi dengan Tiongkok dan India,” jelas Heru.

Paviliun Indonesia yang menempati area seluas 12m² hadir atas kerja sama antara Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney, Atase Perdagangan Canberra, dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney. Sebanyak empat perusahaan turut berpartisipasi menampilkan karyanya.
Keempat perusahaan itu adalah Nodeflux, Sagara Technology, Salespond, dan Xtramile Solutions Pty
Ltd.

Nodeflux adalah perusahaan berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang fokus
memberikan solusi dalam bentuk Intelligent Video Analytics (IVA) untuk memfilter data yang bersumber dari video dan gambar.

Sagara Technology adalah perusahaan teknologi dan informasi yang mengkhususkan pada pengembangan web dan aplikasi seluler. Sedangkan Salespond adalah agen pemasaran yang berfungsi menyederhanakan pendekatan
kliennya dalam menargetkan pasar yang sesuai dengan segmentasi.

Xtramile Solultions adalah penyedia layanan teknologi informasi dan konsultasi yang fokus pada pengembangan sistem yang
dapat diterapkan pada manajemen layanan kesehatan, transportasi, pendidikan, dan hukum.

Selain dapat memamerkan produk teknologi informasi dan teknologi finansial, para ekshibitor juga
berkesempatan bertemu langsung dengan para calon buyer dari Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat.

“Keikutsertaan Indonesia pada pameran CeBIT Australia 2019 diharapkan dapat menciptakan transaksi bisnis, terjalinnya kerja sama atau kolaborasi dengan industri teknologi internasional,
menumbuhkan peluang-peluang lainnya yang dapat mendukung pertumbuhan ekosistem subsektor
aplikasi di Indonesia, dan membuka mata publik Australia bahwa industri jasa usaha rintisan Indonesia sudah berkembang pesat,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Dody Edward.

Kegiatan lain yang digelar selama pameran yaitu gelar wicara dengan topik “Driving Business Growth”. Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut General Manager Area Nodeflux Richard
Dharmadi. Richard menyampaikan, dengan tampilnya perwakilan Indonesia pada gelar wicara tersebut dapat menunjukkan kompetensi industri jasa usaha rintisan Indonesia di pasar Australia dan dunia.

Hal ini dibuktikan dengan adanya permintaan dari Korea Selatan kepada Nodeflux untuk kembali mewakili Indonesia pada Seoul International Invention Fair di Korea Selatan pada 27─30 November 2019.

Selain itu, ITPC Sydney bekerja sama dengan Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) Sydney menggelar promosi penjualan (sales pitching) “Seizing Opportunities in Indonesian Start-Ups”. Sales pitching dilaksanakan pada 31 Oktober 2019 di Innovations Lab 1, CeBIT Australia 2019, ICC Sydney.

Pada program ini, setiap perwakilan dari keempat perusahan rintisan Indonesia yang berpartisipasi di CeBIT Australia 2019 sales pitching selama 3─5 menit kepada para pemangku kepentingan terkait dan pengusaha TIK Australia.

“Keempat perusahaan berhasil mendapatkan kerja sama dan investasi melalui sales pitching senilai USD 1,82 juta dari total capaian transaksi yang mereka peroleh selama berlangsungnya CeBIT Australia 2019,” pungkas Ayu.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *