Sekretaris APDI DPD Jakarta Minta Pedagang Kaji Ulang Rencana Mogok

PATROLI.CO, JAKARTA – Sekretaris Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) Dewan Pengurus Daerah (DPD) DKI Jakarta Tb. Mufti Bangkit Sanjaya SH menghimbau kepada rekan rekan pendagang agar mempertimbangkan dengan kembali duduk berdialog mengingat situasi dan kondisi dilematis yang terjadi dengan acuan dampak serta efektifitasnya berdasarkan asas manfaat dan mudhorotnya bagi para pedagang tradisional, pelaku industri, para pekerja, konsumen dan masyarakat luas.

Menurut, Tb. Mufti para pelaku usaha baik pemotong sapi dan pedagang sampai di DKI Jakarta yang berencana mogok motong selama 1 Minggu dari tanggal 30 Desember – 6 Januari 2021, dirinya mengaku mengapresiasi. Namun, kata dia, aksi ini akan membawa dampak pada kegiatan ekonomi lain, seperti bisnis rumah makan.

“Kami meminta kepada pedagang daging untuk menghentikan mogok jualan karena akan mengganggu roda ekonomi khususnya pelaku usaha UKM yang membutuhkan daging sapi sebagai bahan baku seperti pedagang bakso, rumah makan padang, warteg, catering,” terangnya.

“Selain itu pemerintah juga diminta segera mengambil tindakan untuk menghentikan aksi mogok ini,” tambahnya.

Dikatakannya, kenaikan di tengah situasi melemahnya daya beli akhir akhir ini dan penurunan omset para pedagang secara signifikan 2 tahun ini dan dengan masuk bebasnya daging kerbau beku dari India yang merusak tatanan para pedagang di pasar tradisional, rumah pemotongan hewan dan peternakan dan penggemukan sapi.

Oleh sebab itu, Tb. Mufti meminta terhadap pemerintah untuk bisa memberikan solusi yang terbaik, jangan sampai terkesan melakukan benturan terhadap pemotong sapi, pedagang dengan perusahaan penggemukan sapi.

Hal ini diakibatkan lemahnya pemerintah dalam diplomasi dan negosiasi dengan pemerintah Australia khususnya Kementan dan Kemendag karena tidak bisa melindungi industri perusahaan penggemukan sapi nasional dan para pedagang daging dan mata rantai pelaku usaha di bawahnya yang berdampak pada gulung tikar pelaku usaha dan menimbulkan pengganguran karena tidak lagi bekerja atau berusaha.

“Kondisi lonjakan harga akibat dari peternak sapi di Australia mengalami bencana sehingga 600 ribu ekor sapi hanyut, bahkan kata dia infrastruktur juga rusak, dari bencana tersebut berdampak terhadap kurangnya stok sapi berimbas terhadap penyuplaian ke negara lain,” ujarnya.

“Selain itu, juga perdagangan bebas yang rivalitas negara tetangga Vietnam dan Thailand menawarkan  harga yang cukup tinggi ke Australia sehingga banyak sapi yang dikirim ke negara kompetitor tersebut dari pada ke Indonesia. Bahkan penguatan nilai tukar dolar Australia terhadap kurs rupiah,” tutupnya.

Samsuni
Copyright: patroli.co 2020

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *